ELISTON FRANSISKUS NADEAK

Jumat, 08 Oktober 2010

Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh 6,9% di 2011

Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejatinya bisa menembus level 6,9% di tahun 2011, atau lebih besar dari prediksi lembaga riset internasional atau pemerintah sekalipun, yang berada di 6,3-6,5%. Hal ini mengingat, seluruh sektor di bidang ekonomi Indonesia tengah berkembang ditengah derasnya arus modal asing yang masuk.

"Saya kok lebih optimis akan mencapai 6,9%. Lebih optimis dari pemerintah," ungkap Ekonom Faisal Basri dalam Business Forum ICB Bumiputera di Hotel Four Season, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Jumat (8/10/2010).

Ia menambahkan, sampai akhir tahun 2010 diperkiraan perekonomian Indonesia dapat tumbuh 6,5%. Seluruh pencapaian ini dapat terwujud asalkan sektor andalan seperti manufakturing bisa kembali mencatatkan prestasi seperti pada semester I-2010.

"Semester I saja kita sudah 3,5%, dan disumbang oleh sektor manufakturing. Namun memang harus didukung oleh infrastruktur yang memadai. Harusnya ini (manufakturing) yang dikejar, bukan restrukturisasi gula," papar Faisal.

Derasnya arus dana asing yang masuk Indonesia, menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, khususnya di sektor riil. "Korea yang biasa jarang berinvestasi dan tidak mau diketahui teknologinya, kini sudah mau investasi di kita," ungkapnya.

Selain investasi di sektor rill, dana asing juga tengah menyerbu Surat Utang Negara (SUN) dalam beberapa bulan terakhir dan mulai meninggalkan instrumen investasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang jangka pendek.

"Setidaknya nilai dari Mei (investor asing) lebih gandrung ke SUN daripada SBI. Kalau pegang prospek jangka panjang (SUN), maka lebih baik. Prospek ekonomi akan lebih baik karena ratingnya membaik. Perbaikan terjadi secara berkelanjutan sampai 6 tahun ke depan," ucapnya.

Terkait kebijakan pemerintah China yang menjaga ketat mata uang Yuan agar tidak menguat, lanjut Faisal, hal ini berdampak positif bagi Indonesia. Nilai ekspor Indonesia diperkirakan meningkat ke negara tirai bambu ini.

"Pemerintah China tidak membiarkan mata uangnya lebih berfluktuasi sesuai market. Dan kalaum ata uang rupiah terhadap dolaar AS menguat, tapi Yuan terhadap dolar AS tidak menguat, berarti ekspor kita jadi deras," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar